Ada lagi satu istilah bernama toxic parenting. Namun, apa sebenarnya secara definisi apa itu toxic parenting? Pada artikel sebelumnya, kami telah menjelaskan berbagai macam parenting. Gaya parenting setiap era pun selalu berbeda. Apabila di satu era menormalisasi gaya parenting yang cenderung otoriter, di era yang berbeda, gaya tersebut sudah mulai ditinggalkan. Pola hidup dan juga teknologi pun memengaruhi gaya mendidik dan mengasuh anak.
Sebenarnya, istilah toxic parenting ini tidak masuk ke dalam kategori tersebut, karena beberapa dari tipe-tipe pola asuh yang kami jelaskan di artikel ini, bisa masuk ke dalam ciri-ciri toxic parenting. Memang apa yang menjadi ciri-ciri dari toxic parenting? Yuk, Ibu kita bahas.
Definisi Toxic Parenting
Secara bahasa, apabila diterjemahkan frasa toxic parenting itu berarti pola asuh yang beracun. Bisa diartikan istilah ini berarti pola asuh yang meracuni anak secara psikologis maupun fisik. Mengaja bisa meracuni anak secara fisik? Tak jarang bukan, Ibu, ada orang tua yang memukuli atau menyiksa anaknya dengan dalih mendidik anak tersebut atau memberikannya ekspektasi yang berlebihan.
Namun, terkadang semaksimalnya kita berusaha untuk menjadi orang tua yang baik, tentu kita masih melakukan hal-hal yang membuat anak kita terluka secara psikologis. Kendati begitu, Ibu masih bisa meminimalisir sifat tersebut dan menjadi orang tua yang baik bagi anak. Agar terhindar dari sifat-sifat toxic parent, ibu bisa melihat ciri-ciri seperti berikut.
Ciri-Ciri Toxic Parenting
Ada beberapa ciri-ciri toxic parent yang bisa dihindari atau apabila Ibu tak sengaja melakukan hal-hal yang menjadi ciri-ciri toxic parent ini, Ibu bisa membenahinya dan menjadi Ibu yang lebih baik. Apa sajakah itu?
1. Egois dan Kurang Empati Terhadap Anak
Ciri toxic parent yang pertama adalah memiliki sifat yang egois. Orang tua yang egois cenderung lebih menilai sesuatu tanpa memikirkan perasan anak. Kecenderungan dari orang tua yang egois ini memiliki mental korban atau victim mentality. Ia akan selalu menyalahkan anak apabila perilaku atau pendapat anak tidak sesuai dengan diri mereka. Orang tua yang otoriter acapkali memiliki karakter seperti ini.
2. Suka Mengontrol
Pendidikan dan mempunyai otoritas sebenarnya penting ketika kita sedang mendidik anak. Namun, ketika kita ingin mengkontrol secara berlebihan, alih-alih anak menjadi menurut kepada kita, mereka akan menjadi sebaliknya. Sebaiknya, ketika mendisiplinkan atau menanamkan nilai-nilai luhur ke anak, Ibu menggunakan cara yang tidak memaksa. Ibu bisa memberikan nilai-nilai tersebut melalui contoh.
3. Terlalu Sering Mengkritisi Anak
Sangat wajar apabila anak kurang memaksimalkan kemampuan mereka, kita kritisi. Akan tetapi, kita tidak boleh terlalu sering mengkritisi mereka lho Ibu, karena tidak baik untuk psikologis mereka. Selain itu, seringnya mengkritisi anak akan menurunkan rasa percaya diri mereka.
4. Tidak Mengapresiasi Mereka
Ciri-ciri toxic parent selanjutnya adalah kurangnya memberi apresiasi kepada mereka. Poin ini masih berhubungan dengan poin di atas. Mengkritisi anak tentu sah-sah saja, akan tetapi, alangkah baiknya apabila anak melakukan dengan semaksimal mungkin, Ibu mengapresiasinya.
5. Pamrih
Ibu pasti tahu bukan kita sebagai orang tua telah mati-matian membesarkan dan mendidik anak. Kita bekerja membanting tulang agar segala kebutuhan mereka, dari primer sampai tertier, terpenuhi. Akan tetapi, mengungkit-ungkit apa yang telah Ibu berikan agar anak menjadi penurut dan baik sangatlah beracun, Ibu.
Seringkali kita merasa bahwa orang tua kita dulu tidaklah baik dalam mendidik dan membesarkan mereka, sehingga kita merasakan luka batin. Meski begitu, terkadang secara otomatis kita melakukan apa yang dulu orang tua kita lakukan. Hal seperti ini bila terus dilakukan tak akan terputus rantainya. Apabila Ibu telah melakukan kesalahan, ada beberapa cara yang menghindari Ibu dari tanda-tanda toxic parent.
Melakukan Refleksi Diri
Hal pertama agar kita terhindar dari pola asuh atau menjadi orang tua yang beracun adalah menyadari apabila kita melakukan kesalahan. Seperti yang disebutkan di atas, orang tua yang beracun cenderung sangat egois dan tidak memikirkan apa yang anak rasakan. Maka dari itu, Ibu, menyadari segala kesalahan adalah langkah yang baik agar terhindar dari perilaku yang beracun untuk anak.
Mengunjungi Psikolog atau Psikiater
Mengunjungi psikolog atau psikiater bukan hal yang tabu Ibu. Masing-masing dari kita tentu memiliki luka batin yang lama sekali belum tersembuhkan. Hal ini sering membuat kita menjadi trauma. Terkadang perilaku yang buruk yang kita terima dari orang tua kita, justru membuat kita bukan menjadi orang tua yang balik, malah sebaliknya. Dengan demikian, Ibu bisa dengan lebih rutin mengunjungi psikolog atau psikiater.
Menjadi Pribadi yang Lebih Baik
Terdengar klise, namun poin terakhir ini sangat penting ya, Ibu. Mengapa menjadi pribadi yang lebih baik itu sangat penting Ibu? Ini semua disebabkan oleh kerentanan kita akan berbuat salah. Maka, Ibu, berbuat salah itu tak apa, namun yang menjadikannya hebat adalah mengakuinya dan menjadi lebih baik dari hari kemarin.