Akhir-akhir ini tengah ramai berita kekerasan dalam rumah tangga yang berupa fisik, karena hal-hal yang sepele. Selain kekerasan fisik yang tengah banyak terjadi, kekerasan verbal juga sering terjadi di rumah. Padahal kekerasan herbal adalah kekerasan yang sering orang anggap sepele di dalam rumah tangga, tetapi sering terjadi.
Baik kekerasan verbal dan non verbal adalah hal yang tidak dapat dibenarkan oleh siapapun. Oleh karena itu, sebaiknya mulai dari suami, istri, dan anak harus mengetahui tentang kekerasan verbal dalam rumah tangga. Yuk, cari tahu lebih lanjut contoh kekerasan non fisik di sini!
Apa itu Pelecehan Verbal?
Sebelumnya banyak orang yang sudah setuju bahwa tindakan kekerasan fisik merupakan sesuatu yang tidak dapat dibenarkan, namun selain kekerasan fisik ada juga tindakan kekerasan lainnya yang harus terhindarkan, yaitu kekerasan verbal.
Lalu, apa itu kekerasan verbal? Kekerasan verbal adalah kekerasan terhadap perasaan dengan mengeluarkan kata-kata kasar tanpa menyentuh fisik, kata-kata yang memfitnah, kata-kata yang mengancam, menakutkan, menghina, atau membesar-besarkan kesalahan.
Sedangkan, kekerasan verbal menurut para ahli, yaitu Hamarman dan Bernet, kekerasan verbal adalah sebuah perilaku secara lisan yang kasar, seperti mengancam, memaki, atau memanggil dengan sebutan tidak pantas.
Kekerasan verbal sering terjadi terhadap orang yang dengan posisi superior terhadap orang dengan posisi yang lebih rendah, seperti atasan kepada bawahan, orang tua kepada anaknya, atau suami kepada istrinya.
Singkatnya, kekerasan verbal pada pasangan, kekerasan verbal pada istri, atau kekerasan verbal pada anak bisa saja terjadi dan tidak dapat dibenarkan.
Baca juga: Kenali Yuk Apa Itu Toxic Parenting dan Tanda-Tandanya!
Tanda-tanda Mengalami Kekerasan Verbal
Kekerasan bukan hanya ketika melakukan atau mengalami penyiksaan secara fisik. Kekerasan verbal ternyata lebih berbahaya dibandingkan kekerasan fisik. Mengetahui tanda-tanda kekerasan verbal penting untuk orang ketahui agar dampak kekerasan dalam rumah tangga berupa kekerasan verbal dapat terhindarkan. Berikut tanda-tanda mengalami kekerasan verbal.
Selalu Merasa Kalah
Terkadang bersikap hati-hati atau baik dalam menyelesaikan masalah dengan pasangan bisa selalu merasa kalah. Padahal sudah membuat suasana lebih tenang dan kondusif tetapi tidak mendapat perlakuan yang baik. Bahkan, malah merasa bahwa apa yang telah dilakukan tetap merasa salah. Selalu merasa kalah merupakan sebuah tanda-tanda mengalami kekerasan verbal.
Merasa Harga Diri dan Kepercayaan Diri Rendah
Harga diri dan kepercayaan diri penting bagi seseorang. Alasannya, karena rasa percaya diri memiliki manfaat, seperti membuat hidup lebih menyenangkan, membuat diri lebih yakin, dan mampu menguatkan mental. Namun, apa jadinya jika harga diri dan kepercayaan diri menjadi rendah karena mengalami kekerasan verbal?
Orang yang membuat harga diri dan percaya diri rendah ternyata akan mengelak. Mereka akan berkomentar bahwa hal tersebut adalah untuk kebaikan korbannya. Namun, perlu diketahui jika sudah sampai di tahap harga diri dan kepercayaan diri rendah bisa menjadi indikasi terjadinya kekerasan verbal.
Merasa Tertekan
Ketika seorang istri mengatakan bahwa suami telah melukai perasaan, justru memberi tahu istri bahwa ia terlalu sensitif. Ketika telah menunjukkan perasaan yang menyakitkan dan tidak pantas, maka suami justru menuduh istri terlihat buruk.
Suami mungkin akan kerap lari dari tanggung jawab saat ada masalah. Entah bagaimana, akan terjadi perasaan yakin pada diri sendiri bahwa yang salah adalah kesalahan istri. Singkatnya, hal tersebut sudah masuk ke dalam ranah kekerasan verbal pada perempuan.
Menjadi Beban Lelucon yang Dapat Merasa Buruk
Terkadang orang yang menyenangkan dan suka bersenang-senang di luar rumah serta mengeluarkan humor yang lebih sensitif di dalam rumah. Orang lain mungkin tidak akan percaya bahwa ada orang yang mereka sangat kenal berbeda di luar rumah dengan di dalam rumah.
Mudah Merasa Takut dan Malu
Rumah merupakan tempat perlindungan yang paling aman. Namun hal tersebut bisa berubah menjadi tempat yang paling menakutkan dan dapat membuat malu. Bisa saja Anda selalu ingin merasa jauh dan pergi sejauh yang bisa.
Contoh Kekerasan Verbal
Banyak orang yang mengira bahwa kekerasan verbal hanya terjadi ketika seseorang membentak orang lain. Padahal, kekerasan verbal pidana bisa juga terjadi ketika seseorang berbicara dengan nada halus hingga berbisik dan hal tersebut berlangsung setiap hari dan bertujuan untuk pembunuhan karakter. Berikut contoh kekerasan verbal yang sering terjadi.
Name-calling
Name-calling merupakan sebuah nama panggilan yang berbau hinaan atau caci caki terhadap seseorang. Pelakunya akan mengganti nama orang lain dengan sebutan lain yang tidak pantas. Misalnya, memanggil sebutan bodoh.
Degradasi
Degradasi juga termasuk dalam kekerasan verbal yang merendahkan seseorang. Kata-kata degradasi akan terjadi dan membuat orang lain merasa bersalah dan menganggap dirinya tidak berguna. Misalnya, seorang suami mengatakan kepada istrinya bahwa istrinya tidak bisa apa-apa tanpa sang suami.
Manipulasi
Manipulasi kepada orang lain dengan tujuan memerintah orang lain bisa terjadi. Melakukan manipulasi kepada orang lain bisa menggunakan kalimat imperatif. Misalnya, perkataan “kalau memang sayang keluarga, kamu tidak akan melakukan itu”.
Menyalahkan
Melakukan sesuatu yang salah merupakan hal yang manusiawi. Namun, orang yang melakukan kekerasan akan menjadikan kesalahan orang lain sebagai pembenaran atas tindakan mereka. Misalnya, dengan mengatakan, “aku harus memarahimu karena perilakumu sangat tidak bisa ditolerir.”
Merendahkan
Jika seseorang ingin dan berniat mengerdilkan orang lain dan membuat dirinya lebih superior. Misalnya kalimat merendahkan, seperti “aku yakin baju kamu bagus, tapi lebih baik kalau kamu tidak menggunakan baju tersebut ke luar rumah.”
Kritik Berkelanjutan
Mendapatkan dan menerima kritik adalah bagian dari proses pendewasaan masing-masing. Namun, dalam kekerasan verbal, kritik yang terjadi sangat kasar dan terus-menerus sehingga korbannya akan merasa tidak punya harga diri. Misalnya, “kamu suka makan bawang makanya napas kamu bau dan orang menjadi menjauh.”
Menuduh
Menuduh bisa menjadi kekerasan verbal ketikan hal tersebut dapat menjatuhkan mental seseorang. Tidak butuh kata-kata yang kasar, bentuk kekerasan verbal dapat terjadi dengan menuduh, seperti “aku harus membentak kamu karena kamu sulit untuk mengerti”.
Menolak Berbicara
Menolak berbicara atau yang lebih terkenal istilah silent treatment merupakan bagian kekerasan verbal. Tujuannya untuk membuat korbannya merasa tidak enak dan bersalah. Misalnya, ketika seseorang bertengkar dengan pasangan, ia akan lebih memilih diam dan pergi ketika pasangan untuk menjelaskannya.
Mengarang
Pernah mengalami mendapatkan cerita karangan agar membuat diri selalu minta maaf? Bisa jadi hal tersebut merupakan bentuk dari kekerasan verbal. Misalnya, istri menagih janji untuk membantu pekerjaan rumah, tetapi dia mengingkari janji tersebut. Bahkan, ia bisa menegaskan bahwa hal tersebut adalah sebuah karangan istri agar istri meminta maaf kepada suami.
Perdebatan yang Tidak Berujung
Melakukan perdebatan merupakan bagian dari hubungan yang sehat antara suami dan istri. Namun, perdebatan yang tidak berujung dan terjadi berulang-ulang merupakan bagian dari bentuk kekerasan verbal.
Ancaman
Kekerasan verbal merupakan tanda awal terjadinya kekerasan fisik. Salah satu indikasinya adalah dengan memberikan ancaman kepada orang lain. Ancaman memiliki dampak ketakutan yang besar kepada korbannya dan menuntut korbannya untuk patuh dan taat pada pelakunya.
Efek Terjadinya Kekerasan Verbal
Kekerasan verbal merupakan salah satu bentuk kekerasan yang paling umum terjadi dan sering menganggapnya sepele. Padahal kekerasan verbal dapat menimbulkan efek yang buruk bagi korbannya. Berikut efek terjadinya kekerasan verbal.
Menurunkan Kepercayaan Diri
Dampak kekerasan verbal pada korban yang mengalaminya adalah menurunkan rasa percaya dirinya. Perilaku yang ia dapatkan, seperti tuduhan, manipulasi, dan ancaman membuat korbanya tidak memiliki kepercayaan diri lagi.
Hal tersebut dapat membuat korbannya hilang rasa percaya diri pada kemampuannya dan ragu untuk melakukan aktivitas baru. Jika korban terus-menerus mendapatkan perlakuan buruk akan memengaruhinya pada semua aspek kehidupan.
Menimbulkan Rasa Rendah Diri
Ketika seseorang memperlakukan orang lain secara terus-menerus, seperti meremehkan atau menghina orang lain akan membuat korbannya memiliki rasa rendah diri.
Menyebabkan Depresi
Kekerasan verbal yang berulang, seperti kritik, cenderung membuat korbannya akan mengkritik dirinya sendiri. Hal ini dapat membuatnya kecewa dan merasa hidup tidak layak untuk dirinya. Dalam beberapa kasus lainnya, perasaan ini bisa meningkat menjadi depresi. Parahnya lagi rasa depresi ini akan memengaruhi kesehatan fisik dan mentalnya.
Meningkatkan Kemungkinan Perilaku Kasar
Seseorang yang mengalami kekerasan verbal mungkin akan menjadi orang dengan pribadi kasar. Alasannya, karena orang tersebut menginternalisasi perilaku kasar dan menirunya di kemudian hari kepada orang lain.
Baca juga: Helicopter Parenting? Apa Itu? Bagaimana Dampaknya Bagi Anak?
Cara Mengatasi Kekerasan Verbal di dalam Rumah
Mendapatkan perilaku kekerasan verbal di dalam rumah bukanlah hal yang menyenangkan. Tentu rasa yang korban dapatkan menyakitkan. Meski saling menyayangi satu sama lain sebaiknya kekerasan verbal di dalam rumah harus segera berhenti. Berikut cara mengatasi kekerasan verbal di dalam rumah.
Mencoba Menghormati dan Menghargai
Saat sedang berdebat atau bertengkar sebaiknya tidak memotong, namun menunjukkan jika sedang mendengarkan dengan seksama. Menghormati satu sama lain merupakan langkah penting untuk mencegah terjadinya kekerasan verbal lebih dalam.
Menunjukkan Rasa Tersinggung Lewat Ucapan
Jika sudah mencoba untuk menghormati lawan bicara saat berdebat atau bertengkar, coba tunjukkan rasa tersinggung atas ucapan tersebut. Menunjukkan rasa tersinggung dapat mengajarkan pasangan kalau ia salah dalam memperlakukanmu. Selama tidak membalas kata-kata kasarnya dan menghormati tidak mengapa untuk menunjukkan rasa tersebut.
Menjaga Jarak dan Memberi Ruang Sendiri
Ketika situasi cukup memanas, sebaiknya memberikan jarak antara satu lain. Alasanya, memberikan waktu ruang pribadi dan menghabiskan waktu untuk melakukan hal-hal yang kalian sukai akan membantu meredakannya. Habiskan waktu tersebut untuk meredakan stres, seperti pergi ke salon, merawat diri, olahraga, dan sebagainya.
Memuji Tanpa Makna Tersirat
Jika pasangan sudah mengucapkan kata kasar karena kurang rasa menghargai satu sama lain atau selalu mengkritiknya, cobalah untuk berhenti melakukannya. Coba untuk menggantinya dengan memberi pujian atas hal-hal yang telah ia lakukan. Sehingga, saat ingin memberi tahu sikapnya bermasalah tidak akan terjadi lagi keributan.
Mencari Dukungan yang Tepat
Lingkungan sekitar, seperti teman-teman memegang peran penting dalam mendukung hubungan pernikahan. Akan ada teman-teman yang mendukung dan menolak atas rasa tersebut. Pastikan untuk mencari dukungan dengan orang-orang yang tepat agar mendapat jalan terbaik dari masalah yang terjadi.