Ragam Stimulasi Anak untuk Bantu Tumbuh Kembang Maksimal

Facebook
Twitter
Pinterest
WhatsApp
stimulasi anak

Stimulasi anak penting untuk orang tua lakukan untuk perkembangannya. Jika anak tidak mendapatkan stimulasi anak yang tepat sesuai usianya akan memengaruhi pada proses tumbuh kembang dan berdampak negatif untuk kecerdasan si Kecil.

Yuk, cari tahu lebih lanjut mengenai stimulasi perkembangan bayi dan anak di sini! Pastinya ini bisa menjadi cara mendidik anak yang benar.

Apa itu Stimulasi Tumbuh Kembang Anak

Kemampuan dan tumbuh kembang anak perlu orang tua rangsang agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan sesuai umurnya. Tapi, apa itu stimulasi tumbuh kembang anak?

Stimulasi adalah kegiatan yang bertujuan untuk merangsang kemampuan dasar anak mulai dari penglihatan, bicara, pendengaran, dan perabaan yang datang dari lingkungan anak. Anak yang mendapatkan stimulasi terarah dan sesuai dengan usianya akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang bahkan tidak sama sekali mendapatkan stimulasi. 

Lebih lanjut, stimulasi juga dapat berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak. Berbagai macam stimulasi, seperti stimulasi visual (penglihatan), verbal (bicara), auditif (pendengaran), taktil (sentuhan), dan sebagainya dapat mengoptimalkan perkembangan anak.

Kemudian, stimulasi visual dan verbal pada permulaan perkembangan anak merupakan stimulasi awal yang penting, karena dapat menimbulkan sifat-sifat ekspresif, misalnya mengangkat alis, membuka mulut dan mata, seperti ekspresi keheranan. Selain itu, anak juga membutuhkan stimulasi taktik, kurangnya stimulasi taktil dapat menimbulkan penyimpangan perilaku sosial, emosional, dan motorik.

Baca juga: 4 Jenis Pola Asuh Orang Tua yang Tepat bagi Anak

Pentingnya Stimulasi untuk Optimalkan Tumbuh Kembang Anak

Sebelumnya sudah dijelaskan mengenai apa itu stimulasi tumbuh kembang anak? Proses tumbuh kembang si Kecil sangat penting untuk orang tua awasi. Alasannya, karena tumbuh kembang bayi dan anak berlangsung pada periode emas yaitu 1000 hari pertama dalam hidupnya.

Berdasarkan penelitian yang ada, interaksi antara orang tua dan anak mampu memberikan dampak yang sangat besar dalam perkembangan emosional, kemampuan belajar, serta perkembangan fungsi kognitif anak.

Contoh stimulasi bisa melalui interaksi dengan anak berupa sentuhan, pelukan, berbicara, dan mendengarkan si Kecil sangat penting untuknya. Semua aktivitas tersebut sangat berguna bagi perkembangannya otaknya. Stimulasi bahkan bisa anak dapatkan saat ia masih dalam kandungan, dengan cara membacakan cerita, menyentuh, mendengarkan musik lembut, atau mengajaknya berbicara.

Lebih lanjut, sebagai orang tua haru memahami beberapa prinsip dasar dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, antara lain:

  • Melakukan stimulasi yang berlandaskan cinta dan kasih sayang.
  • Menunjukkan sikap dan perilaku baik untuk si Kecil. Lingkungan sekitar yang positif dapat memberikan rasa kenyamanan baginya.
  • Ajak bermain untuk memberikan stimulasi. Misalnya, orang tua mengajak anak bernyanyi ata u menari.
  • Menggunakan alat bantu untuk memberikan stimulasi si kecil.
  • Tidak membedakan stmiluasi antara anak laki-laki dan anak perempuan.

Orang tua yang cerdas tentu harus mengetahui periode kritis perkembangan otak. Faktanya, periode kritis perkembangan otak terjadi dalam kelompok usia 0-3 tahun. Otak anak-anak mencapai 90% ukuran dewasa, namun bukan berarti perkembangannya berhenti. Setelah melewati periode kritis, tersebut orang tua harus tetap memberikan stimulasi pada si Kecil agar stimulasi tumbuh kembang anak optimal.

Baca juga: Mindful Parenting: Prinsip Pola Asuh Orang Tua Cerdas

Tahap Perkembangan Psikososial Erik Erikson

Seorang psikolog yang Bernama Erik Erikson telah mencetuskan 8 tahapan perkembangan psikososial untuk memberikan stimulasi perkembangan anak seusia usia. Menurut Dr. tanu Singh, menjelaskan bahwa perkembangan psikososial adalah pertumbuhan seseorang menurut aspek sosial dan psikologi. Jadi, keterampilan sosial, kepribadian, dan karakter manusia akan berkembang dan dapat dipelajari sejak bayi seiringnya bertambah usia.

Lebih lanjut, menurut Erik Erikson, kepribadian dan keterampilan sosial setiap individu dapat berkembang dalam delapan tahap. Berikut delapan tahap perkembangan psikososial.

Tahap Trust vs Mistrust (Lahir-18 Bulan)

Tahap pertama psikososial Erikson berlangsung dari sejak bayi lahir hingga sekitar usia 18 bulan. Tahapan ini merupakan tahap paling mendasar dalam kehidupan seorang anak. Tahap ini, bayi masih sangat bergantun, dan mengembangkan kepercayaan berdasarkan pada ketergantungan dan kualitas pengasuhnya, yaitu orang tua.

Orang tua berperan penting dalam memenuhi semua yang anak butuhkan untuk bertahan hidup mulai dari makanan, kasih saying, kehangatan, dan keamanan. Jika orang tua gagal dalam memberikan hal tersebut, maka anak akan merasa bahwa mereka tidak dapat memercayai atau bergantung pada orang dewasa dalam hidup mereka.

Tahap Otonomi vs Rasa Malu (18 Bulan – 3 Tahun)

Tahap ini keterampilan fisik anak-anak tumbuh saat si Kecil menjelajahi lingkungan mereka dan belajar untuk lebih mandiri. Anak mulai melakukan Tindakan dasar sendiri dan membuat keputusan sederhana mengenai hal-hal yang mereka sukai.

Pada tahap ini, anak-anak sudah dapat membuat pilihan dan mendapatkan kendali atas dirinya sendiri, orang tua, dan pengasuh dapat membantu anak-anak mengembangkan rasa otonominya.

Lebih lanjut, tahap ini orang tua dapat melakukan keterampilan pada anak, seperti:

  • Toilet training.
  • Berpakaian.
  • Menyikat gigi.

Tahap Inisiatif vs Rasa Bersalah (4 Tahun)

Tahap inisiatif terjadi saat masa tahun-tahun prasekolah. Selama tahap ini, seorang anak belajar untuk memulai interaksi sosial dan aktivitas bermain dengan anak-anak lain. Anak-anak juga banyak bertanya pada tahap ini.

Menariknya, anak-anak yang berhasil melewati tahap ini akan merasa mampu memimpin orang lain. Berbeda halnya dengan anak yang gagal melewatinya, karena terlalu dikendalikan atau dibuat merasa bahwa pertanyaan mereka mengganggu, akan memiliki sikap yang sering meragukan diri dan kurangnya inisiatif.

Tahap Ketekunan vs Rendah Diri (5 Tahun – 12 Tahun)

Melalui interaksi sosial, anak-anak mulai mengembangkan rasa bangga atas prestasi dan kemampuan mereka. Tahap ini anak-anak perlu mengatasi tuntutan sosial dan akademik yang baru. Keberhasilan melewati tahap ini mengarah pada rasa kompetensi, sedangkan kegagalan menghasilkan perasaan rendah diri.

Tahap Identitas vs Kebingungan (12 Tahun – 18 Tahun)

Tahap identitas sangat berperan penting dalam mengembangkan rasa identitas diri yang terus memengaruhi perilaku dan perkembangan selama sisa hidupnya. Mereka yang menerima dorongan dan kekuatan yang tepat melalui eksplorasi pribadi akan memiliki identitas diri yang kuat, perasaan kemandirian, dan kontrol. Kegagalan dalam tahap ini menyebabkan rasa tidak aman, bingung tentang diri si Kecil dan masa depannya.

Terakhir, pertumbuhan bayi hingga remaja sangat penting untuk orang tua awasi. Alasannya,  karena orang tua wajib mendampingi tumbuh kembangnya agar kesuksesan saat dewasa nanti tidak terelakan.

Related Posts

Comments

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Recent Stories